UPAH DALAM ISLAM

Diposting oleh Rizqi Zein | 01.17 | 0 komentar »

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kita tahu bahwasannya produksi tidak akan berjalan lancar tanpa adanya factor-faktor produksi yang mendukug. Ada 4 faktor yang penting adalah tanah, tenaga kerja, modal dan manajemen. Keempat-empatnya sangat berperan dalam kelangsungan produksi tanpa adanya tanah, tenaga kerja, modal dan manajemen maka produksi tidak berjalan dengan efektif.
Demikian halnya tenaga kerja merupakan salah satu factor produksi yang penting. Keberadaan tenaga kerja tidak boleh begitu saja dikesampingkan yang harus diperhatikan kesehatan dan kesejahteraannya. Hal yang tidak bisa lepas begitu saja dari tenaga kerja adalah upah. Penentuan upah merupakan salah satu penentu efisien atau tidaknya kerja seorang tenaga kerja seperti yang sering terjadi di Indonesia sekarang tidak sedikit perusahaan yang menghentikain aktifitas produksinya karena para karyawan berdemo menuntut kenaikan upah.
Olek karena itu perlu di perhatikan standar upah agar memberikan kerugian kepada kedua belah pihak yaitu pihak perusahaan dan karyawan, seperti yang terjadi pada masa Rasulullah SAW dan pada masa kekholifahan.
Jika para pekerja tidak mendapatkan upah yang adil dan wajar, ini tidak hanya akan mempengaruhi daya beli dan taraf hidup para serta keluarganya, Dengan demikian secara ekonomi sangat berbahaya bagi suatu Negara jika menghapuskan hak tenaga kerja atas pembagian deviden.
Perselisihan dalam perdagangan dan industri menyebabkan kerugian tahunan yang besar baik kerugian waktu maupun uang daripada sedikit kenaikan upah yang diberikan kepada para pekerja. Mengingat pentingnya upah pada kelancaran proses produksi, maka bab-bab selanjutnya akan dibahas mengenai seluk beluk upah dan bagaimana upah seharusnya.


1.2 Rumusan Masalah.
Mengingat karena meluasnya bahasan mengenai upah maka penulis memberi batasan-batasan sebagai berikut:
1. Definisi Upah
2. Cara menentukan upah
3. tingkat upah
4. Upah pada masa khilafah Islamiyah
5. Upah masa sekarang
6. Zakat upah dan gaji
7. Stabilisasi upah


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Upah
Upah didefinisikan sebagai harga yang dibayarkan pada pekerja atas pelayanannya dalam memproduksi barang . Menurut istilah Prof. Benham Upah dapat didefinisikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan berdasarkan perjanjian atau kontrak oleh seorang majikan pada seorang pekerja karena jasa yang ia berikan. Kompensasi transaksi tersebut (yang berupa honor) boleh tunai boleh tidak . Honor tersebut juga boleh dalam bentuk harta ataupun jasa, sebab apa saja yang bisa dinilai dengan harga maka boleh juga dijadikan kompensasi, baik berupa materi ataupun jasa dengan syarat harus jelas . Apabila tidak jelas maka tidak syah.

2.2 Cara Menentukan Upah
Banyak teori yang telah dikemukakan oleh para pakar ekonomi sebagian mengatakan bahwa upah yang ditentukan atas tingkat mata pencaharian seseorang sementara sebagian lainnya menekankan pada pesanan produktifitas marginalnya.
Orang kapitalis dan sosialis berbeda dalam menentukan upah, pekerja kapitalis memberikan upah kepada seorang pekerja dengan upah yang wajar. Upah yang wajar menurut mereka adalah apa yang dibutuhan oleh seorang pekerja yaitu biaya hidup dengan batas minimum. Mereka akan menambah upah tersebut apabila beban hidupnya bertambah pada batas yang paling minim, sebatas standar yang paling minim yaitu sekedar bisa dipakai untuk hidup dalam suatu taraf hidup yang amat sederhana dimana ia bukanlah standar dari produksi yang dihasilkan.
Aka tetapi tingginya taraf hidup masyarakat eropa dan Amerika itulah yang menjadikan batas minimum yang diperolehnya memungkinkan masyarakat disana tampak seakan-akan hidupnya layak padahal masyarakatnya tidak bisa memperoleh upah sesuai dengan kadar produksi yang dihasilkannya. Maka pekerja yang ada disana baik di negara yang maju maupun terbelakang pemikirannya tetap saja semua pemikirannya dibatasi sesuai dengan batas taraf hidup mereka yang paling minim menurut komunitas yang mereka alami meskipun tinggi dan rendahnya taraf hidup masyarakat berbeda-beda,Namun perkiraan tersebut tetap mengikuti biaya hidup minimum yang dibutuhkan untuk pekerja.
Adapun orang-orang sosialis berpendapt bahwa nilai lebih yang pertama adalah kerja yang dilakukan oleh seorang pekerja guna memproduksi barang dan menyempurnakan proses produksinya. Sedangkan kerja dan kemampuan kerja itu memainkan peranan penting dalam memproduksi barang. Atas dasar inilah maka sosialis memandang bahwa upah pekerja ditentukan berdasarkan produksi yang dihasilkan dimana seluruh biaya produksi (cost) akan dikembalikan kepada suatu unsur yaitu kerja.
Oleh karena itu menentuka upah pekerja dengan ketentuan tertentu apapun standarnya adalah salah dan bertentangan dengan fakta yang ada . Pandangan tentang perkiraan upah menurut orang-orang kapitalis dan sosialis menyebabkan rusaknya hubungan antar personal yang harus dilakukan dalam raga memenuhi kebutuhan mereka.
Islam menetapkan solusi yang sangat tepat, baik mengenai masalah upah maupun masalah perlindungan terhadap kepentingan pekerja maupun majikan. Upah ditetapkan suatu cara masing-masing pihak memperoleh bagian yang syah produk bersamaannya, prinsip di tunjukkan dalam alqur’an.




Artinya: “Allah menciptakan alam semesta ini dengan tujuan yang nyata karena itu setiap orang akan menerima menurut usahanya (45:22) Aljatsiqoh 22.”
Selain itu kedua belah pihak yang melakukan kontrak diprintahkan agar bersikap adil terhadap semua orang yang bertransaksi .


Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan.
Para pekerja harus memperoleh upahnya sesuai kontribusi pada produksi, Sedangkan para majikan akan menerima keuntungan dalam proporsi yang sesuai dengan modal dan kontribusinya dalam produksi. Dengan demikian setiap orang akan memperoleh bagiannya serta deviden nasional yang sesuai dan tidak ada seorangpun yang akan dirugikan jadi tinggi rendahnya upah seseorang dalam suatu pekerjaan itu semata dikembalikan kepada tingkat kesempurnaan jasa atau kegunaan tenaga yang berikan. Dan ini tidak bisa dianggap sebagai bonus dengan tujuan untuk meningkatkan produktifitas mereka. Namun ini semata adalah upah mereka yang memang berhak mereka terima karena kesempurnaan jasa mereka.

2.3 Tingkat Upah
Upah akan ditentukan melalui negosiasi diantara para pekerja, majikan dan Negara. Tugas Negara islam adalah memastikan bahwa upah ditetapkan tidak selalu rendah tetapi juga tidak terlalu tinggi sehingga menafikan bagian si majikan dari hasil produk bersamanya.
2.3.1 Tingkat Upah Minimum
Islam mewajibkan para majikan agar menetapkan upah minimum yang harus dapat menutupi kebutuhan dasar hidupnya termasuk makanan, pakaian, perumahan dan lain-lain.Abu Dzar AlGhifani meriwayatkan bahwa Rasulullah telah bersabda “Mereka (budak-budak dan pelayanmu) adalah saudara-saudara kamu maka barang siapa yang menempatkan saudaranya dibawah pengawasannya hendaklah ia memberikan makanan dari apa yang ia makan dan berilah pakaian sebagaiman pakaian yang ia pakai serta janganlah membebani mereka dengan tugas yang berat maka bantulah mereka (H.R. Bukhori).
Hadist tersebut dengan jelas menetapkan bahwa:
1) Majikan dan karyawan seharusnya saling menganggap saudara seiman bukan tuan dan budak.
2) Majikan seharusnya berada pada tingat yang sama dengan karyawannya paling tidak dalam soal kebutuhannya yang mendadak.
3) Seorang pekerja tidak boleh dibebani tugas terlalu berat.
Dalam Negara Indonesia ini tingkat upah minimum dikenal dengan UMR (Upah minimum Regional) yang ditentukan berbeda-beda berdasarkan daerah tempat karyawan bekerja. Untuk jawa timur UMR tertinggi berada di kota Surabaya kemudian disusul Sidoarjo dengan selisih Rp 500,- dan untuk terendah di kota Blitar dengan nilai Rp 300,-.

2.3.2 Tingginya Upah
Islam tidak akan membiarkan upah jatuh dibawah tingkat minimum, Namun islamjuga tidak membiarkan upah meningkat diatas tingkat ynng telah ditentuikan. Diharapakan akan ada batas upah tertinggi ayat Al-Qur’an
“Bahwasannya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah di usahakan”
Upah Maksimum yang mereka dapat dari majikan mereka adalah sama dengan sumbangan mereka terhadap proses produksi bersama-sama dengan faktor produksi lainnya.

2.3.3 Tingkat Upah Yang Sebenarnya
Upah yang sebenarnya akan berkisar diantara batas-batas tersebut sesuai dengan hukum-hukum penawaran dan permintaan tenaga kerja yang sudah tentu akan dipengaruhi oleh taraf hidup yang biasa dari kelomok pekerja. Kekuatan efektif dari organisasi mereka serta sikap majikan yang mencermikan keimanan mereka kepada Allah.
Jika sewaktu-waktu upah jatuh dibawah tingkat minimum maka Negara Islam mempunyai hak untuk mencampuri serta menetapkan upah minimum sesuai dengan kebutuhan diwaktu itu. Apabila para majikan sepenuhnya menyadari kewajiban mereka terhadap para pekerjanya, Maka mereka akan memberikan upah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Atas dasar pengklasifikasiannya upah dibedakan menjadi dua yaitu7:
 Upah yang telah disebutkan (Ajrun Musanna)
Upah yang syaratnya ketika disebutkan harus disertai adanya kerelaan kedua belah pihak yang sedang melakukan transaksi terhadap upah tersebut.
 Upah yang yang sepadah (Ajrun Mitsli)
Upah yan sepadan denga kerjanya serta sepadan dengan kondisi pekerjaannya. Dan upah yang sepadan tersebut bias jadi merupakan upah yang sepadan dengan pekerjaanya saja, apabila akat Ijarahnya menyebutkan jasa pekerjaanya.

Inilah pijakan yang dipergunakan di dalam menentukan perkiraan upah yaitu berpijak pada jasa sesuai dengan pandangan para ahli-ahli yang meperkirakan upah atau Ajrun Mistsli tersebut. Hendaknya di pilih oleh kedua belah pihak yang melakukan transaksi yaitu majikan dan pekerja. Apabila kedua belah pihak belum memiliki seorang ahli atau masih berselisih maka mahkamah atau negaralah yang berhak menentukan ahli bagi mereka.

2.4 Upah pada Khilafah Islam
2.4.1 Upah Masa Rasulullah
Rasullah telah meletakkan beberapa prinsip dasar untuk menentukan upah pegawai negeri yang sesuai dengan hadist. “Bagi seorang pegawai negeri jika ia belum kawin sebaiknya ia kawin, jika ia tak memiliki pelayan hendaklah ia memiliki pelayan, jika ia tidak memilki tempat tinggal untuk di tempati ia boleh membangun sebuah rumah dan orang-orang yang melampaui batas-batas ini adalah perebut tahta atau pencuri. (Abu Daud, Kitab Alkharaj).
Hadist ini memberikan dua prinsip dasar yaitu:
 Pemerintah bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan riil dan praktis para pegawainya.
 Sikap tidak jujur bagi para pegawai jika mereka menuntut kepada bendahara Negara lebih dari kebutuhan mereka yang sesungguhnya.


2.4.2 Upah Masa Kekhalifahan
Umar khalifah kedua telah menjelaskan prinsip-prinsip dalam beberapa pidatoya yang bertalian dari distribusi bantuan dan pembayaran tunjangan. Ia telah menyatakan pentingnya hal-hal berikut ini dalam memberikan bantuan dan pembayaran tunnjangan .
1. Jasa apa yang telah seseoang berikan untuk kepentingan islam?
2. Kesulitan apa yang telah alami seseorang atau yang sedang ia alami demi kepentingan Islam?
3. Seberapa lama pengabdiaanya pada islam?
4. Apa kebutuhan riil dari seseorang?
5. Seberapa besar tangungan ekonomi seseorang (jumlah keluarganya) ?
Perbedaan-perbedaan upah sudah ada pada zaman Rasulullah. Pada tahun pertama hijriah (kecuali para istri nabi dan sahabat Nabi) yang harus berjuang dalam perang badar dan perang uhud upah terendah mereka adaalah 200 dirham sedangkan upah tertinggi adalah 2000 dirham (50 pound) Rasionya 1:10.
Perbedaan-perbedaan itu masih dalam batas yang wajar dan seimbang. Selain itu perbdaan semacam itu juga cukup alamiah dalam kemampuan pendidikan, latihan, sifat kerja, dan tanggug jawab ekonomi serta lamanya pengabdian. Rasio perbedaan itu harus dijaga berkisar 1:10 , Sedangkan negar-negara kapitalis modern rasiotersebut setinggi 1:200.
2.4.3 Gaji pejabat tinggi
Gaji pejabat tinggi (kepala Negara, Gubernur, Menteri) tidak ditentukan melalui prinsip mereka tidak diberi gaji atau upah akan tetapi mereka diberi tunjangan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya menururt ketentuan tertentu, ketentuan itu antara lain :
a. Bahwa pejabat tinggi pemerintah islam dari yang berpangkat paling tinggi sampai yang paling rendah semuanya adalah buruh yang di gaji.
b. Buruh mendapat gaji yang mencukupi kehidupannya dan penghidupan keluarganya dalam batas-batas yang wajar (uruf)
c. Gaji tidak diukur menurut pangkat atau kedudukan tapi di ukur menurut kebutuhan pegawai. Jadi bisa jadi seseorang petugas sedekah atau pelayan di Baitul Mall mendapat gaji lebih besar dari seorang kholifah (kepala Negara).

2.5 Upah pada masa sekarang
Bahwasannya upah pada masa sekarang berbeda sekali dengan upah pada masa kekholifahan soalnya pada masa itu tidak ada perbedaan antara atasan dan bawahan, baik yang berpangkat dan yang tidak semuanya sama. Justru yang ditekankan pada masa kekholifahan adalah keharmonisan negara baik dari segi hukum dan perekomian. Tapi kalau pada masa sekarang adalah siapa yang kuat dialah yang kuasa dan siapa yang kuasa justru dialah yang mengatur semuanya baik dari segi hukum, perekonomian, serta jalannya roda kepemeritahannya. Jadi sudah jelas siapa yang mempunyai keahlian dan disertai dengan relasi orang-orang yang berpangkat maka dialah yang bisa mencukupi keadaanya dengan berlebihan malah justru dengan hukum yang diterapkan disini ada banyak kesenjangan sosial sehingga banyak orang yang tidak mampu atau dibawah standart tidak bisa mencukupi kehidupannya secara layak sehingga menimbulkan yang kaya makin kaya dan yang miskin makin sengsara oleh sebab itu maka kita harus tahu diri dengan keadaan sekarang.
Total Upah seorang pegawai dihitung dengan mengalikan tarif upah perjam dengan jumlah jam kerja pegamai yang bersangkutan. Selain upan upah yang dibayar untuk jam kerja biasa, pegawai mungkin masih manareima uph lembur yang tarifnya lebih tinggi dari tarif biasa.
Potongan Wajib adalah potongan yang harus dilakukan oleh perusahaan atas penghasilan kotor para karyawan yang ditetapkan berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah.
Berdasarkan undang-undang no.7 1983 tentang pajak penghasilan (UU PPH 1984). Perusahaan wajib melakukan pemotongan pajak atas penghasilan para karyawannya yang memenuhi ketetapan sebagaimana diatur dalam undang-undang.
Adapun penghasilan yang dikenakan PPH adalah10
a. Penghasilan rutin bulanan baik berupa penghasilan pokok maupun tunjangan- tunjangan rutin bulanan.
b. Penghasilan tidak rutin bulanan datang biasanya diberikan sekali dalam setahun.
c. Upah harian, Mingguan.
d. Upah pensiun, uang tebusan pensiun, uang tabungan hari tua, uang tunggu, uang pesangun dan uang pmbayaran lain sejenis.
e. Honorarium, komisi atau pembayaran lain sebagai imbalan atas jasa yang dilakukan di Indonesia.
Tarif pajak penghasilan diatur dalam pasal 17 UU PPH 1984 sebagai berikut:
a. Penghasilan < Rp 10.000.000 dikenai pajak 15%. b. Penghasilan > 50.000.000 > 10.000.000 dikenakan pajak Rp 25%.
c. Penghasilan > Rp 50.000.000 dikenai pajak 50%.

2.6 Zakat Upah Dan Gaji
Seluruh penghasilan tersebut diatas dianggap sebagai keuntungan dari potensi ‘kemanusiaan’ yang ada pada seseorang seperti para pekerja, gaji pegawai dan lain-lain.
Pendapat mayaoritas Ulam’ adalah bahwa seluruh aset tersebut tidak dieluarkan zakatnya ketika diterima. Tetapi terlebih dahulu digabungkan dengan seluruh harta zakat miliknya yang lain dalam hitungan nishab dan haul11. Seluruh harta itu dikeluarkan zakatnya setelah sampai haul dan batas nishabnya. Seluruh uang yang digunakan belum sempurna satu kali haul, juga dikeluarkan zakatnya diakhir haul meskipun digunakan sebelum berakhir satu haul sebagai bagian dari harta tersebut, selam pemilik harta telah menemui haul dengan harta yang mencapai nishabnya secara umum. Yang wajib dikeluarkan adakah 2,5%, sama dengan harta uang secara umum.
Sementara sebagian Ulama’ lain berpendapat bahwa sudah wajib dikeluarkan zakatnya ketika diterima karena dianggap sebagai “harta lebih” dari harta milik yang lain sudah mencapai satu nishab. Nishabnya sama dengan nishabzakat tanaman dan buah-buahan yakni bila mencapai lima Wisq, yakni lima puluh takaran mesir. Kalau harta –harta tersebut mencapai lima wisq maka sudah wajib dikeluarkan hartanya.
Sementara jumlah yang harus dikeluarkan sebagai zakat berkisar antara lima hingga 1?10 (1?10-1?20) total harta, tergantung berat ringannya usaha. Orang yang melakukan usahanya dengan mudah mengeluarkan zakatnya 10%.

2.7 Stabilitas Upah
Untuk mempertahankan upah pada stau standar yang wajar. Islam memberikan kebebasan sepenuhnya dalam mobilitas tenaga kerja. Tidak ada pembatasan sama sekali terhadap perpindahan merka dari satu daerah kedaerah lainnya di negara tersebut guna mencari upah yang lebih tinggi.
Metode kedua yang dianjurkan oeh islam dalam menentukan standar upah adalah dngan benar-benar memberi kebebasan dalam bekerja. Setiap orang bebas memilih pekerjaan. Kebebasan berpindah kerja ini sangat membantu dalam menjaga stabilitas upah di seluruh negeri.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Setelah mencermati bahasan di awal, maka kesimpulan-kesimpulan yang dapat diambil adalah:
1. Upah diakur berdasarkan tingkat kesempurnaan jasa atau kegunaan tenaga yang diberikan bukan untuk diukur berdasarkan nilai produksi yang dihasilkan untuk pekerja.
2. Upah tidak boleh ditentukan teerlalu tinggi ataupun terlalu rendah.
3. majikan harus dapat menentukan yang minimum yang harus dapat memenuhi kebutuha dasar hidup pekerjanya.
4. Jika upah jatuh di tingkat miimum, negara islam mempuyai ha untuk mencampuri serta menetapkan upah minimum yang sesuai dengan kebutuhan diwaktu.
5. Sesuai dengan upah dimasa kekholifahan, rasio perbedaan upah harus dijaga berkisar 1: 10 hal itu dimaksudkan untuk menciptakan kesejahteraan umat.

Saran

Saran-saran yang dapat dikemukakan dari bahasan upah didepan antara lain:
1. Hendaknya majikan memperhatikan kesejahteraan pekerjanya.
2. Upah yang ada sekarang terlihat sangat merugikan pekerja. Oleh karena itu tidak salah jika kita mengembalikan upah kepada kedudukannya semula seperti yang terjadi dimasa Rasulullah dahulu.



DAFTAR PUSTAKA

1. Afdzalurrahman, Muhammad Sebagai Pedagang, Jakarta: Yayasan Suara Bumi, 2004.
1. An-Nabhani, Taqiyuddin. Membangun Sistem Ekonomi Perspektif Islam, Surabaya: Risalah Gusti, 2004.

2. Umar Basyir, Abu. Fiqih Keuangan Ekonomi Islam, Jakarta: Darul Haq, 2004.

3. Umar sitanggal, Anshori. Menanggulangi Krisis Ekonomi, Bandung: PT Al-Ma’arif, 1985.

4. Yusuf, Al-Haryono. Dasar-dasar Akutansi, (Yogyakarta, STIE YKPN, 1999) 244.

5. Umar Sitanggal, Anshori, Abu Ahmadi. Sistem Ekonomi Islam Prinsip-Prinsip Dan Tujuan-tujuannya, Semarang: PT Bina Ilmu, 1980.







DAFTAR PUSTAKA


1. At thoriqi, Abdul Halim. Ekonomi Islam Prinsip Dasar dan Tujuan, Magistra Insania Press,Yogyakarta: 2004.
2. Basyir, Abu Umar. Fiqih Ekonomi Keuangan Islam, Darul Haq, Jakarta: 2004.
3. Syayid, Sabig. Fikih Sunnah 12, PT Al-Ma’arif, Bandung: 2004.
4. Sitanggal, Umar Anshori, Abu Ahmadi. Sistem Ekonomi Islam Prinsip-Prinsip dan Tujuan-Tujuannya, Semarang: PT Bina Ilmu, 1980.
5. An-Nabhani, Taqiyuddin. Membangun Sistem Ekonomi Perspektif Islam, Surabaya: Risalah Gusti, 2004.

Read More ..


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله ولي الصالحين، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، إله الأولين والآخرين، وأشهد أن نبينا محمدًا عبده ورسوله سيد الخلق أجمعين، اللهم صلِّ وسلم وبارك عليه وعلى آله وأصحابه والتابعين, وبعد

هذه عقيدة اهل السنة والجماعة لحجة الاسلام ابي حامد الغزالي رحمه الله :

قال الإمام حجة الإسلام أبو حامد محمد بن محمد الغزالي رحمه الله :
الحمد للّه المبدئ المعيد ، الفعال لما يريد ، ذي العرش المجيد ، والبطش الشديد ، الهادي صفوة العبيد ، إلى المنهج الرشيد ، والمسلك السديد ، المنعم عليهم بعد شهادة التوحيد ، بحراسة عقائدهم عن ظلمات التشكيك والترديد ، السالك بهم إلى اتباع رسوله المصطفى واقتفاء آثار صحبه الأكرمين المكرمين بالتأييد والتسديد ، المتجلي لهم في ذاته وأفعاله بمحاسن أوصافه التي لا يدركها إلا من ألقى السمع وهو شهيد ، المعرف إياهم أنه في ذاته واحد لا شريك له ، فرد لا مثيل له ، صمد لا ضد له ، منفرد لا ند له وأنه واحد قديم لا أول له ، أزلي لا بداية له ، مستمر الوجود لا آخر له ، أبدي لا نهاية له ، قيوم لا انقطاع له ، دائم لا انصرام له ، لم يزل ولا يزال موصوفاً بنعوت الجلال ، لا يقضى عليه بالانقضاء والانفصال ، بتصرم الآباد وانقراض الآجال ، بل { هو الأول والآخر والظاهر والباطن وهو بكل شيء عليم } ، وأنه ليس بجسم مصور ، ولا جوهر محدود مقدر ، وأنه لا يماثل الأجسام ، لا في التقدير ولا في قبول الانقسام ، وأنه ليس بجوهر ولا تحله الجواهر ، ولا بعرض ولا تحله الأعراض ، بل لا يماثل موجوداً ، ولا يماثله موجود {ليس كمثله شيء} ولا هو مثل شيء ، وأنه لا يحده المقدار ، ولا تحويه الأقطار ، ولا تحيط به الجهات ، ولا تكتنفه الأرضون ولا السماوات ، وأنه مستو على العرش ، على الوجه الذي قاله ، وبالمعنى الذي أراده ، استواء منـزهاً عن المماسة والاستقرار والتمكن والحلول والانتقال ، لا يحمله العرش ، بل العرش وحملته محمولون بلطف قدرته ، ومقهورون في قبضته ، وهو فوق العرش والسماء ، وفوق كل شيء إلى تخوم الثرى ، فوقية لا تزيده قرباً إلى العرش والسماء ، كما لا تزيده بعداً عن الأرض والثرى ، بل هو رفيع الدرجات عن العرش والسماء ، كما أنه رفيع الدرجات عن الأرض والثرى ، وهو مع ذلك قريب من كل موجود ، وهو أقرب إلى العبد من حبل الوريد {وهو على كل شيء شهيد} إذ لا يماثل قربه قرب الأجسام ، كما لا تماثل ذاته ذات الأجسام ، وأنه لا يحل في شيء ولا يحل فيه شيء ، تعالى عن أن يحويه مكان ، كما تقدس عن أن يحده زمان ، بل كان قبل أن خلق الزمان والمكان ، وهو الآن على ما عليه كان ، وأنه بائن عن خلقه بصفاته ، ليس في ذاته سواه ، ولا في سواه ذاته ، وأنه مقدس عن التغير والانتقال ، لا تحله الحوادث ، ولا تعتريه العوارض ، بل لا يزال في نعوت جلاله منـزهاً عن الزوال ، وفي صفات كماله مستغنياً عن زيادة الاستكمال ، وأنه في ذاته معلوم الوجود بالعقول ، مرئي الذات بالأبصار نعمة منه ولطفاً بالأبرار في دار القرار ، وإتماماً منه للنعيم بالنظر إلى وجهه الكريم ، وأنه تعالى حي قادر ، جبار قاهر ، لا يعتريه قصور ولا عجز ، ولا تأخذه سنة ولا نوم ، ولا يعارضه فناء ولا موت ، وأنه ذو الملك والملكوت ، والعزة والجبروت ، له السلطان والقهر ، والخلق والأمر ، والسماوات مطويات بيمينه ، والخلائق مقهورون في قبضته ، وأنه المنفرد بالخلق والاختراع ، المتوحد بالإيجاد والإبداع .......
خلق الخلق وأعمالهم ، وقدر أرزاقهم وآجالهم ، لا يشذ عن قبضته مقدور ، ولا يعزب عن قدرته تصاريف الأمور ، لا تحصى مقدوراته ، ولا تتناهى معلوماته ، وأنه عالم بجميع المعلومات ، محيط بما يجري من تخوم الأرضين إلى أعلى السماوات ، وأنه عالم لا يعزب عن علمه مثقال ذرة في الأرض ولا في السماء ، بل يعلم دبيب النملة السوداء على الصخرة الصماء في الليلة الظلماء ، ويدرك حركة الذر في جو الهواء ويعلم السر وأخفى ، ويطلع على هواجس الضمائر ، وحركات الخواطر ، وخفيات السرائر ، بعلم قديم أزلي لم يزل موصوفاً به في أزل الآزال ، لا بعلم متجدد حاصل في ذاته بالحلول والانتقال ، وأنه تعالى مريد للكائنات ، مدبر للحادثات ، فلا يجري في الملك والملكوت قليل أو كثير ، صغير أو كبير ، خير أو شر ، نفع أو ضر ، إيمان أو كفر عرفان أو نكر ، فوز أو خسران ، زيادة أو نقصان ، طاعة أو عصيان ، إلا بقضائه وقدره ، وحكمته ومشيئته ، فما شاء كان ، وما لم يشأ لم يكن ، لا يخرج عن مشيئته لفتة ناظر ولا فلتة خاطر ، بل هوالمبدئ المعيد ، الفعال لما يريد ، لا راد لأمره ، ولا معقب لقضائه ، ولا مهرب لعبد عن معصيته ، إلا بتوفيقه ورحمته ، ولا قوة له على طاعته ، إلا بمشيئته وإرادته ، فلو اجتمع الإنس والجن والملائكة والشياطين على أن يحركوا في العالم ذرة أو يسكنوها دون إرادته ومشيئته لعجزوا عن ذلك ، وأن إرادته قائمة بذاته في جملة صفاته ، لم يزل كذلك موصوفاً بها ، مريداً في أزله لوجود الأشياء في أوقاتها التي قدرها فوجدت في أوقاتها كما أراده في أزله ، من غير تقدم ولا تأخر ، بل وقعت على وفق علمه وإرادته ، من غير تبدل ولا تغير ، دبر الأمور لا بترتيب الأفكار ولا تربص زمان ، فلذلك لم يشغله شأن عن شأن ، ‏وأنه تعالى سميع بصير ، يسمع ويرى ولا يعزب عن سمعه مسموع وإن خفي ، ولا يغيب عن رؤيته مرئي وإن دق ، ولا يحجب سمعه بُعد ولا يدفع رؤيته ظلام ، يرى من غير حدقة وأجفان ، ويسمع من غير أصمخة وآذان ، كما يعلم بغير قلب ، ويبطش بغير جارحة ، ويخلق بغير آلة ، إذ لا تشبه صفاته صفات الخلق ، كما لا تشبه ذاته ذوات الخلق ، وأنه تعالى متكلم آمر ناه ، واعد متوعد بكلام أزلي قديم قائم بذاته ، لا يشبه كلام الخلق ، فليس بصوت يحدث من انسلال هواء أو اصطكاك أجرام ، ولا بحرف ينقطع بإطباق شفة أو تحريك لسان ، وأن القرآن والتوراة والإنجيل والزبور كتبه المنـزلة على رسله عليهم السلام ، وأن القرآن مقروء بالألسنة ، مكتوب في المصاحف ، محفوظ في القلوب ، وأنه مع ذلك قديم ، قائم بذات اللّه تعالى ، لا يقبل الانفصال والافتراق ، بالانتقال إلى القلوب والأوراق ، وأن موسى صلى اللّه عليه وسلم سمع كلام اللّه بغير صوت ولا حرف ، كما يرى الأبرار ذات اللّه تعالى في الآخرة من غير جوهر ولا عرض ...........
وأنه سبحانه وتعالى لا موجود سواه إلا وهو حادث بفعله وفائض من عدله ، على أحسن الوجوه وأكملها ، وأتمها وأعدلها ، وأنه حكيم في أفعاله عادل في أقضيته ، لا يقاس عدله بعدل العباد ، إذ العبد يتصور منه الظلم بتصرفه في ملك غيره ولا يتصور الظلم من اللّه تعالى ، فإنه لا يصادف لغيره ملكاً حتى يكون تصرفه فيه ظلماً ، فكل ما سواه من إنسٍ وجن ومَلَكٍ وشيطان وسماءٍ وأرض وحيوانٍ ونبات وجماد وجوهرٍ وعَرَض ومدركٍ ومحسوس حادثٌ اخترعه بقدرته بعد العدم اختراعا ، وأنشأه إنشاء بعد أن لم يكن شيئا ، إذ كان موجوداً وحده ولم يكن معه غيره ، فأحدث الخلق بعد ذلك إظهاراً لقدرته ، وتحقيقاً لما سبق من إرادته ، ولِمَا حق في الأزل من كلمته ، لا لافتقاره إليه وحاجته ، وأنه متفضل بالخلق والاختراع والتكليف لا عن وجوب ، ومتطول بالإنعام والإصلاح لا عن لزوم ، فله الفضل والإحسان والنعمة والامتنان ، إذ كان قادراً على أن يصب على عباده أنواع العذاب ، ويبتليهم بضروب الآلام والأوصاب ، ولو فعل ذلك لكان منه عدلاً ولم يكن منه قبيحاً ولا ظلماً ، وأنه عز وجل يُثَبّت عبادَهُ المؤمنين على الطاعات بحكم الكرم والوعد ، لا بحكم الاستحقاق واللزوم ، إذ لا يجب عليه لأحد فعل ، ولا يتصور منه ظلم ، ولا يجب لأحد عليه حق ، وأن حقه في الطاعات وجب على الخلق بإيجابه على ألسنة أنبيائه عليهم السلام ، لا بمجرد العقل ، ولكنه بعث الرسل وأظهر صدقهم بالمعجزات الظاهرة ، فبلّغوا أمره ونهيه ، ووعده ووعيده فوجب على الخلق تصديقهم فيما جاءوا به ، وأنه بعث النبي الأمي القرشي محمداً صلى اللّه عليه وسلم برسالته إلى كافة العرب والعجم والجن والإنس فنسخ بشريعته الشرائع إلا ما قرره منها ، وفضله على سائر الأنبياء وجعله سيد البشر ، ومنع كمال الإيمان بشهادة التوحيد ، وهو قول "لا إله إلا اللّه" ما لم تقترن بها شهادة الرسول وهو قولك "محمد رسول اللّه" وألزم الخلق تصديقه في جميع ما أخبر عنه من أمور الدنيا والآخرة ، وأنه لا يُقبل إيمانُ عبدٍ حتى يؤمن بما أخبر به بعد الموت ، وأوله سؤال منكر ونكير ، وهما شخصان مهيبان هائلان يقعدان العبد في قبره سويا ذا روح وجسد فيسألانه عن التوحيد والرسالة ويقولان له : من ربك وما دينك ومن نبيك ، وهما فتانا القبر وسؤالهما أول فتنة بعد الموت ، وأن يؤمن بعذاب القبر ، وأنه حق ، وحكمه عدل على الجسم والروح على ما يشاء ، وأن يؤمن بالميزان ذي الكفتين واللسان ، وصِفَتُهُ في العِظَمِ أنه مثل طبقات السماوات والأرض ، توزن الأعمال بقدرة اللّه تعالى والصنج يومئذ مثاقيل الذر والخردل تحقيقاً لتمام العدل ، وتوضع صحائف الحسنات في صورة حسنة في كفة النور فيثقل بها الميزان على قدر درجاتها عند اللّه بفضل اللّه ، وتطرح صحائف السيئات في صورة قبيحة في كفة الظلمة فيخف بها الميزان بعدل اللّه ، وأن يؤمن بأن الصراط حق ، وهو جسر ممدود على متن جهنم ، أحدّ من السيف وأدق من الشعرة ، تزل عليه أقدام الكافرين بحكم اللّه سبحانه فتهوي بهم إلى النار ، وتثبت عليه أقدام المؤمنين بفضل اللّه فيساقون إلى دار القرار ، وأن يؤمن بالحوض المورود حوض محمد صلى اللّه عليه وسلم يشرب منه المؤمنون قبل دخول الجنة وبعد جواز الصراط ، من شرب منه شربة لم يظمأ بعدها أبدا ، عرضه مسيرة شهر ، وماؤه أشد بياضاً من اللبن وأحلى من العسل ، حوله أباريق عددها بعدد نجوم السماء ، فيه ميزابان يصبان فيه من الكوثر ، وأن يؤمن بالحساب ، وتفاوت الناس فيه إلى مناقَش في الحساب ، وإلى مسامح فيه ، وإلى من يدخل الجنة بغير حساب ، وهم المقربون فيسألُ اللّهُ تعالى من شاء من الأنبياء عن تبليغ الرسالة ، ومن شاء من الكفار عن تكذيب المرسلين ، ويسأل المبتدعة عن السنة ، ويسأل المسلمين عن الأعمال ، وأن يؤمن بإخراج المُوَحِّدين من النار بعد الانتقام ، حتى لا يبقى في جهنم مُوَحّدٌ بفضل اللّه تعالى ، فلا يخلد في النار موحّد ، وأن يؤمن بشفاعة الأنبياء ثم العلماء ثم الشهداء ، ثم سائر المؤمنين ،كل على حسب جاهه ومنـزلته عند اللّه تعالى ، ومن بقي من المؤمنين ولم يكن له شفيع أُخْرِجَ بفضل اللّه عز وجل فلا يخلد في النار مؤمن ، بل يخرج منها من كان في قلبه مثقال ذرة من الإيمان ، وأن يعتقد فضل الصحابة رضي اللّه عنهم وترتيبهم ، وأن أفضل الناس بعد النبي صلى اللّه عليه وسلم : أبو بكر ثم عمر ثم عثمان ثم علي رضي اللّه عنهم ، وأن يحسن الظن بجميع الصحابة ويثني عليهم كما أثنى اللّه عز وجل ورسوله صلى اللّه عليه وسلم عليهم أجمعين ، فكل ذلك مما وردت به الأخبار وشهدت به الآثار ، فمن اعتقد جميع ذلك موقناً به ، كان من أهل الحق وعصابة السنة ، وفارَقَ رَهْطَ الضلال وحِزْبَ البدعة ، فنسأل اللّه كمال اليقين وحسن الثبات ، لنا ولكافة المسلمين ، برحمته إنه أرحم الراحمين ، وصلى اللّه على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين ، والحمد لله رب العالمين

Read More ..

25 Do’a Dari Al-Qur’an

Diposting oleh Rizqi Zein | 00.39 | 0 komentar »


وإذا سألك عبادي عني فإني قريب أجيب دعوة الداع إذا دعان فليستجيبوا لي وليؤمنوا بي لعلهم يرشدون

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.
Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku,
maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku)
dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku,
agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
(Quran 2:186)

ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
  • Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka (2:201)

ربنا أفرغ علينا صبرا وثبت أقدامنا وانصرنا على القوم الكافرين
  • Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. (2:250)

ربنا لا تؤاخذنا إن نسينا أو أخطأنا
  • Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. (2:286)

ربنا ولا تحمل علينا إصرا كما حملته على الذين من قبلنا
  • Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. (2:286)

ربنا ولا تحملنا ما لا طاقة لنا به واعف عنا واغفر لنا وارحمنا أنت مولانا فانصرنا على القوم الكافرين
  • Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. (2:286)

ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب
  • Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia). (3:8)

ربنا اغفر لنا ذنوبنا وإسرافنا في أمرنا وثبت أقدامنا وانصرنا على القوم الكافرين
  • Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. (3:147)

ربنا إنك من تدخل النار فقد أخزيته وما للظالمين من أنصار
  • Ya Tuhan kami, sesungguhnya barang siapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun. (3:192)

ربنا إننا سمعنا مناديا ينادي للإيمان أن آمنوا بربكم فآمنا
  • Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, maka kamipun beriman”. (3:193)

ربنا فاغفر لنا ذنوبنا وكفر عنا سيئاتنا وتوفنا مع الأبرار
  • Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti. (3:193)

ربنا وآتنا ما وعدتنا على رسلك ولا تخزنا يوم القيامة إنك لا تخلف الميعاد
  • Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji. (3:194)

ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين
  • Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. (7:23)

ربنا لا تجعلنا مع القوم الظالمين
  • Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim itu. (7:47)

ربنا افتح بيننا وبين قومنا بالحق وأنت خير الفاتحين
  • Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya. (7:89)

ربنا لما جاءتنا ربنا أفرغ علينا صبرا وتوفنا مسلمين
  • Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu). (7:126)

ربنا لا تجعلنا فتنة للقوم الظالمين
ونجنا برحمتك من القوم الكافرين
  • Ya Tuhan kami; janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang’zalim, dan selamatkanlah kami dengan rahmat Engkau dari (tipu daya) orang-orang yang kafir. (10:85-86)

ربنا إنك تعلم ما نخفي وما نعلن وما يخفى على الله من شيء في الأرض ولا في السماء
  • Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. (14:38)

ربنا آتنا من لدنك رحمة وهيئ لنا من أمرنا رشدا
  • Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini). (18:10)

ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما
  • Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (25:74)

ربنا وسعت كل شيء رحمة وعلما فاغفر للذين تابوا واتبعوا سبيلك وقهم عذاب الجحيم
  • Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala. (40:7)

ربنا وأدخلهم جنات عدن التي وعدتهم ومن صلح من آبائهم وأزواجهم وذرياتهم إنك أنت العزيز الحكيم
  • Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam syurga yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (40:8)

ربنا اكشف عنا العذاب إنا مؤمنون
  • Ya Tuhan kami, lenyapkanlah dari kami azab itu. Sesungguhnya kami akan beriman. (44:12)

ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا ربنا إنك رؤوف رحيم
  • Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. (59:10)

ربنا عليك توكلنا وإليك أنبنا وإليك المصير
  • Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali. (60:4)

ربنا أتمم لنا نورنا واغفر لنا إنك على كل شيء قدير
  • Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (66:8)


Sumber Pesantren Alhamidiyah

Read More ..

JIKA ANDA BOSAN MISKIN

Diposting oleh Rizqi Zein | 08.21 | 0 komentar »

 ini LINK untuk orang-orang yang bosan MISKIN


1. Dapat duit dari klik iklan (GRATIS BRO...!) http://klikajadeh.com/?r=karso
2. Klik iklan DIBAYAR MAU.......? (GRATIS BRO...!) http://duitbux.com/?r=karso
2. Investasi TERPERCAYA, AMAN, hasil 200% BROOOO... http://investasiemas.biz/?ref=3057

Read More ..